Puluhan ribu kontainer berisi barang-barang konsumen di Australia terdampar setelah operator pelabuhan global DP World terkena serangan siber, baru-baru ini.
Peristiwa ini mirip dengan yang terjadi di terminal JICT beberapa bulan lalu, sehingga membuat operasional di terminal terbesar nasional ini sempat terhenti.
Menurut laporan yang dilansir Australian Financial Review, menyebutkan DP World Australia belum menerima permintaan uang tebusan tetapi mengonfirmasi bahwa mereka memiliki asuransi siber.
Perusahaan asuransi sering kali memutuskan apakah akan membayar uang tebusan atau tidak.
“Perusahaan tidak memperkirakan adanya skenario di mana mereka perlu membayar uang tebusan,” kata juru bicara DP World.
DP World Dubai, yang mengoperasikan terminal di Sydney, Melbourne, Brisbane dan Perth dan menangani sekitar 40 persen barang yang masuk dan keluar Australia terpaksa menutup sistemnya.
Bos DP World Australia, Nicolaj Noes mengatakan penutupan ini menghalangi sekitar 30.000 kontainer untuk dipindahkan, termasuk kontainer berpendingin yang menampung segala sesuatu mulai dari makanan yang mudah rusak hingga plasma darah.
Meskipun kapal masih dapat membongkar dan mengambil kontainer, sistem teknologi yang memungkinkan truk untuk berbagi data dengan operator pelabuhan telah dimatikan, yang berarti truk tidak dapat masuk ke terminal DP World untuk mengambil atau menurunkan kontainer.
Kontainer-kontainer menumpuk di terminal DP World di Port Botany Sydney karena truk tidak bisa masuk ke terminal untuk mengambilnya.
“Bagi sebagian orang, hal ini bukan masalah besar karena furnitur tersebut seharusnya disimpan di toko. Namun bisa juga karena suku cadang penting yang hilang untuk menjaga pabrik tetap berjalan atau bagi seseorang untuk memulai operasinya di pabrik,” kata Noes.
Dia memperingatkan mungkin ada “efek bola salju” dari keterlambatan pengiriman kontainer ke pelanggan, sebagian karena sulitnya menetapkan kembali slot impor dan ekspor ketika sistem sudah pulih.
DP World telah memiliki pengaturan bagi beberapa perusahaan pelayaran untuk menurunkan kontainer di terminal saingannya seperti Patrick, karena aksi industrial baru-baru ini, dan para eksekutif Patrick diketahui telah menghubungi DP World untuk menawarkan bantuan.
Marsekal Udara Darren Goldie, koordinator keamanan siber negara tersebut, mengatakan penolakan pemerintah untuk membayar uang tebusan berlaku dalam kasus ini, meskipun peretasan tersebut parah. (**/scn)