Ketua Umum Indonesian National Shipowners Association (INSA) menyarankan usaha pelayaran anggotanya membentuk aliansi pelayaran nasional, mengikuti tren global yang mengarah pada kolaborasi antar-shipping line.
“Saya terinspirasi pada global shipping yang banyak melakukan merger untuk menghadapi krisis market internasional. Dan saya lihat, kita punya kemampuan untuk itu, paling tidak regional dulu, intra Asia dulu,” kata Carmelita Hartoto, saat dihubungi Ocean Week, Rabu pagi (27/3) per telpon.
Namun, soal mau atau tidaknya, diakui Meme, memang sulit, mengingat para usaha pelayaran itu berorientasi bisnis. “Mungkin kalau pemerintah bisa ikut mendukung dengan memberikan insentif-insentif, saya rasa mereka (para pelayaran-red) akan tertarik,” katanya lagi.
Di Indonesia, beberapa perusahaan pelayaran yang cukup besar seperti Samudera Indonesia, Tanto Line, Temas Line, SPIL, Mentari Line, Gurita Lintas Samudera, dan banyak lagi lainnya, kalau saja mau merger, kemungkinan bisa untuk bersaing keluar dengan perusahaan pelayaran asing di dunia ini.
Seperti diketahui bahwa beberapa perusahaan pelayaran raksasa dunia seperti CMA CGM, Cosco Shipping, OOCL, dan Evergreen pun merger yang kemudian menguasai pasar hingga 3,5 juta TEUs. Lalu aliansi Maersk Line dan MSC yang menguasai pasar sekitar 2,1 juta TEUs.
Freighthub dan Flexport mencatat the Alliance, yang merupakan konsolidasi dari Ocean Network Express (ONE), Hapag-Lloyd, dan Yang Ming, merebut pangsa 4,4 juta TEUs per Mei 2018.
Kalau usaha pelayaran nasional juga bisa membentuk aliansi, diharapkan dapat ‘bertarung’ dikancah internasional, sekaligus menjawab PM Perdagangan no. 82/2017 yang mengatur kewajiban penggunaan kapal berbendera Indonesia untuk ekspor CPO, batu bara serta impor beras dan barang pengadaan pemerintah mulai 2020 mendatang.
Menurut Meme, bahwa perkembangan teknologi telah membuat ukuran kapal kontainer pun semakin meraksasa. Sekarang ini kapal paling besar berkapasitas 21.413 TEUs dipunyai OOCL Hong Kong.
“Sebagai pengusaha pelayaran nasional, kami mendukung dan terus membuat rencana bersama stakeholder lain karena ini dibutuhkan untuk menekan defisit neraca jasa selama ini,” ungkap Carmelita. (***)