Indonesia perlu meningkatkan produktivitas minyak dengan cara eksplorasi lagi untuk sumur-sumur baru, karena kebutuhan minyak per hari dalam negeri sekitar 1,6 juta barel. “Sementara Indonesia baru mampu produksi sekitar 800 ribu barel per hari, sehingga untuk menutupi kekurangan itu terpaksa impor,” kata Darmansyah Tanamas, pimpinan Pas Group kepada Ocean Week di Jakarta.
Apa yang disampaikan Darmansyah, tak jauh beda dengan yang dipikirkan Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar yang menyatakan bagaimana meningkatkan eksplorasi. “Sektor hulu migas itu dimulai dengan eksplorasi, Nah kita harus bagaimana caranya kegiatan eksplorasi ini meningkat. Karena sejak 2014-2016 eksplorasi kita selalu menurun,” ujar Archandra.
Masalahnya, ungkap Darmansyah, investasinya untuk itu sangat besar. “Namun, sebaiknya pemerintah dapat memberi kesempatan kepada swasta nasional yang benar-benar mampu. Saya rasa swasta nasional mampu melakukan eksplorasi sepanjang pemerintah dapat menjamin. Sebab kegiatan untuk di Migas, baru survey saja sudah memerlukan biaya yang sangat besar. Belum lagi kalau sudah eksplorasi. Itu masalahnya,” ungkap Wakil Ketua Umum INSA ini.
Makanya, kenapa banyak yang tidak jalan, sebab regulasinya sangat memberatkan swasta. “Bagaimana nggak berat, misalnya saat survey di salah satu sumur, kalau yang dikerjakan itu tak menghasilkan minyak, tidak ada cost recovery. Jadi swasta mesti modalin dulu,” kata Darmansyah.
Dia menambahkan bahwa sekarang ini semangat pemerintah untuk mengurangi impor minyak cukup tinggi, makanya diperlukan peningkatan eksplorasi. “Meningkatkan produksi minyak itu perlu, namun karena proses eksplorasi sampai produksi itu cukup lama, makanya sambil menunggu produksi perlu dilakukan impor dulu,” ujarnya lagi.
Darmansyah berharap swasembada energy itu harus jalan. (**)