Kapal berkapasitas 10.000 TEUs bakal masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, setelah pada Minggu (9/4) lalu kapal CMA CGM Titus berkapasitas 8.500 TEUs datang sekaligus uji coba di dermaga JICT.
Rencananya, inagurasi bersandarnya kapal raksasa tersebut akan dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 23 April mendatang.
Pastinya hajat ini akan sangat menyita tenaga, pikiran, maupun konsekuensi bagi pihak-pihak yang terlibat, khususnya terminal yang akan disandari kapal raksasa milik CMA CGM tersebut.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada waktu peresmian tol akses Tanjung Priok (15/4) mengatakan, kedatangan kapal dengan kapasitas angkut 10.000 TEUs tersebut adalah awal dari peningkatan daya saing produk-produk Indonesia.
Kata Jokowi, kapal tersebut adalah kapal besar pertama yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, dan sekaligus menjadi awal kebangkitan persaingan komoditas Indonesia.
“Itulah awal dari daya saing produk prosuk Indonesia karena tentu saja biaya costnya akan jauh dan jauh lebih murah karena peningkatan pelayanan dari kapal yang hadir di Tanjung Priok,” kata Presiden Jokowi.
Kapal berkapasitas 10.000 TEUs yang akan bersandarkan pekan depan merupakan miliki perusahaan asal Prancis, CMA-CGM. Dengan kedatangan kapal muatan besar itu, terdapat dua keuntungan yang didapat, antaranya menekan biaya logistik. “Kedua, untuk mempercepat proses pengiriman atau kedatangan barang dari dan ke Indonesia,” tegas Jokowi.
Kedatangan kapal dengan kapasitas muatan 10.000 TEUs tersebut, juga menunjukkan kemampuan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai Hub Internasional. Sehingga kapal angkutan barang yang masuk ke Indonesia dapat langsung bersandar di Tanjung Priok, tanpa harus transit di Singapura. Dengan demikian, beban biaya angkut juga akan terkurangi.
“Dengan kedatangan kapal itu artinya, barang dari sini cepat masuk ke kapal. Barang dari kapal keluar dari Tanjung Priok yang semua kontainer nanti tidak usah transhipmnet di Singapura. Semua langsung ke pelabuhan yang dituju,” ungkapnya.
KEMAJUAN
Sementara itu Direktur Utama Pelindo II, Elvyn G Masassya mengatakan, hadirnya kapal besar itu dapat menjadikan pemicu kapal-kapal raksasa lainnya singgah di Pelabuhan Tanjung Priok.
“Hal ini membuktikan bahwa IPC yang telah melakukan banyak kemajuan baik dari sistem, fasilitas maupun infrastruktur, serta tarif pelayanan yang mampu berkompetisi dengan pelabuhan besar lainnya,” katanya.
Kapal dengan nama CMA-CGM Titus ini sedang melakukan proses bongkar muat. Tahap awal, kapal ini mengangkut 1.700 boks peti kemas dengan rute Pelabuhan Tanjung Priok ke West Coast, Los Angeles, Amerika dengan jangka waktu seminggu sekali.
Kapal ini dioperasikan oleh pelayanan service Java South East Asia Express Services atau Java SEA Express Services atau disingkat “JAX Service”.
Adanya Kapal besar masuk ke Indonesia (Tanjung Priok) dapat menjadikan kegiatan ekspor dan impor lewat laut dapat terpusat di Pelabuhan Tanjung Priok.
Tidak hanya itu, kargo-kargo dari pelabuhan lain yang akan di ekspor juga dapat ditampung di Pelabuhan Tanjung Priok. Sehingga, terjadinya konsolidasi kargo.
“Artinya, para eksportir dan importir tidak perlu mengumpulkan barangnya di negara lain seperti, Singapura untuk melakukan pengiriman ke negara tujuan. Selama ini, pengumpulan barang ekspor dan impor terpusat di Singapura,” ujarnya.
Dengan adanya konsolidasi kargo di Tanjung Priok, maka kegiatan ekspor-impor dari berbagai daerah tidak perlu melalui Singapura lagi. Cukup kumpulkan barang ekspor dan impornya di Pelabuhan Tanjung priok. Karena telah ada kapal raksasa yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok secara terjadwal.
Menurut Pelindo II, para eksportir dan importi bisa hemat hingga Rp 1,2 juta per boks dengan tujuan Asia Timur seperti, Jepang, Cina, dan Korea Selatan, jika mengirimkan barangnya lewat Pelabuhan Tanjung Priok.
“Cost logistik lebih murah, tergantung dari mana asalnya, tetapi kita rata-rata untuk Asia Timur bisa hemat Rp 1 juta – Rp 1,2 juta per boks,” jelas Elvyn.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sedang mencari cara untuk menyandarkan kapal-kapal raksasa di pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Salah satunya, dengan memberikan Insentif atau diskon.
Namun, bentuk insentif ini masih belum dipastikan. Sebab, Kemenhub dan Pelindo II masih menghitung insentif yang diberikan.
Akan tetapi, insentif yang diberikan nantinya bersifat progresif. Artinya, insentif diberikan sesuai dengan kapasitas kapal dan kapasitas kargo yang diangkut.
Jika kapasitas mengangkut kargo lebih banyak, maka insentif yang diberikan lebih besar. Adapun, insentif yang diberikan seperti, biaya sandar, biaya labuh, biaya bongkar muat.
“Pasti ada, pola progresif, semakin banyak barang yang dibawa, semakin besar kapalnya, semakin murah biaya logistiknya,” imbuh Elvyn.
Cuma, sejumlah pengguna jasa di Priok mempertanyakan, apakah dengan diberikan insentif tidak akan memberikan kecemburuan terhadap pelayaran lain yang berkegiatan juga di Tanjung Priok. “Dan itu sebenarnya kerugian bagi Negara. Karena kalau tariff jasa labuh, tambat, pandu maupun tariff bongkar muat di diskon, bagaiama dengan kapal-kapal direct yang lain meski ukurannya lebih kecil,” ungkap pebisnis di pelabuhan Priok yang minta tak disebut jati dirinya itu. (***)