Dwelling Time, waiting time dan inaportnet menjadi focus pada diskusi stakeholders kepelabuhanan, khususnya INSA, PT Pelindo dan pemerintah, dalam acara Coffee Morning berthema ‘membangun sinergi guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi pelabuhan’, di Grand Mercure Kemayoran Jakarta, Jumat (18/11) pagi ini.
Dalam kata sambutannya, Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto menyatakan bahwa INSA berharap system INSW (Indonesian National Single Window) dan Inaportnet segera terintegrasi agar Indonesia memiliki system yan transparan dan mencakup semua aspek tidak hanya urus barang, tetapi juga urus kapal yang keluar masuk pelabuhan.
Carmelita juga mengapresiasi usaha pemerintah dan semua pihak untuk menurunkan dwelling time hingga mencapai kisaran 3 hari. “Tapi perlu kami ingatkan dwelling time bukan satu-satunya aspek yang harus diperbaiki. Waktu tunggu kapal sandar juga menjadi aspek penting dalam pelayanan pelabuhan,” kata Carmelita bersemangat.
Menurut Carmelita, untuk memangkas waktu tunggu tersebut, INSA memberikan solusi hanya dengan membangun system yang efisien di pelabuhan.” Window system ini akan memberikan kepastian bagi kami pemilik kapal dan pelabuhan. Akhirnya terbentuklah system yang efisien dalam pelayanan pelabuhan,” ungkapnya.
Karena itulah, INSA mengajak pemerintah (Otoritas Pelabuhan/OP), Kesyahbandaran, Bea Cukai, dan PT Pelindo maupun pemangku kepentingan yang lain untuk menjadikan pelabuhan sebagai pintu gerbang halaman depan Indonesia yang berdaya saing.
Carmelita berharap dengan system IT yang terintegrasi, pelayanan arus kapal dan barang di pelabuhan dapat lebih efisien dan lancar.
Pada kesempatan sama, Dirut PT Pelindo II Elvyn G. Masassya mengungkapkan bahwa peran sistem itu sangat penting. Ada elemen dalam kontek transportasi laut yakni ada pelabuhan, ada kapal, keduanya harus bersinergi. “Kita omong pelabuhan tapi nggak ada kapal percuma, begitu pula sebaliknya,” katanya.
Elvyn juga menyinggung tentang produktivity bongkar muat. “Perlu speech yang tinggi, makanya perlu dengan sistem IT maupun peralatan bongkar muat yang canggih,” ujarnya.
Pelindo II, katanya, sudah melakukan perubahan dari manual ke otomitikisasi. “Saat ini pelindo II sudah diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk melakukan pengerukan pelabuhan dimana saja,” ungkapnya.
SDM, ucap Elvyn, juga menjadi hal yang penting. Selain itu, tambah Elvyn, penting pula dilakukan pendekatan secara friendly, artinya tidak ada biaya-biaya lain secara resmi dalam kegiatan kepelabuhanan. “Pelindo II siap bersinergi dengan semua pihak untuk itu,” tuturnya.
Pelindo II juga berharap dapat menjadikan pelabuhan world class.
Sementara itu Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Nyoman Gede Seputra mengakui bahwa tentu saja pelaksanaan Inaportnet di pelabuhan Priok pasca resmi ‘go live Inaportnet’ pada seminggu lalu masih ada sedikit kendala dalam implementasinya. Namun, pihaknya akan terus memperbaikinya.
“Kami berharap system Inaportnet ini dapat berjalan sesuai harapan semua, sehingga kelancaran arus kapal dan barang di pelabuhan dapat tercapai,” ujar Nyoman.
Di tempat sama, Kepala Syahbandar Priok Marwansyah mengungkapkan pihaknya akan selalu memberikan layanan terbaik untuk pengguna jasa. “Kami sudah banyak melakukan perubahan. Dan kami agak beda dengan pelabuhan-pelabuhan lain. Jangan resah dan gelisah, kami siap bekerja dan bekerja sama dengan semua institusi yang ada di pelabuhan,” ungkapnya. (***)