Jika Indonesia ribut-ribut bakal membangun pelabuhan Patimban di Karawang Jawa Barat dengan investasi sekitar Rp 40 triliun. Kerajaan Malaysia justru sedang mewujudkan ambisinya sebagai negara maritim terkuat di Asia. Untuk menuju kearah itu, proyek raksasa Melaka Gateway yang sudah dibangun dan akan siap tahun 2019 mendatang, bakal dilengkapi dengan pelabuhan besar di Pulau Carey.
Menurut Tan Sri Kong Cho Ha, Kepala Port Klang Authority (PKA) dan Malacca Port Authority, pelabuhan ini diperkirakan akan memakan anggaran mencapai 200 miliar ringgit atau sekitar Rp 600 triliun.
“Proyek ini terdiri dari pengembangan pelabuhan terpadu dan infrastruktur terkait, taman industri dan zona perdagangan bebas, komersial dan bangunan tempat tinggal,” katanya.
Pelabuhan ini akan menjadi yang terbesar di Asia, seluas 100 kilometer persegi atau dua kali luas ibukota Malaysia, Putrajaya.
Selain sebagai transhipment, pelabuhan ini juga akan dikombinasikan dengan dua pelabuhan yang sudah ada, Westport dan Northport, serta dilengkapi dengan kawasan industri.
Pelabuhan ini memiliki kapasitas 30 juta TEUs (twenty-foot equivalent unit yang) kargo kontainer per tahun. Tahun lalu, Port Klang menjadi pelabuhan kontainer 12 tersibuk di dunia, menangani 13,2 juta TEUs, naik 10,8 persen dibanding tahun 2015. Kapasitas maksimum adalah 16 juta. Sebagai perbandingan, Pelabuhan Singapura menangani 30,9 juta TEUs pada 2015.
Diperkirakan Pelabuhan baru ini nanti akan menjadi ancaman terbesar Singapura yang saat ini masih menjadi raja transhipment di Asia.
Pelabuhan Carey ini melengkapi pembangunan lima pulau yang dibangun dalam Melaka Gateway, termasuk reklamasi dua pulau besarnya di Melaka. Setelah tiga tahapan pembangunan selesai, total nilai pembangunan bisa melebihi RM 1 triliun.
“Seluruh Port Klang sangat padat sekarang, dan port yang mencapai kapasitas maksimum. Jadi kita perlu membangun pelabuhan laut dalam lain dan mengembangkan yang lebih besar lagi untuk memenuhi kebutuhan dan pertumbuhan kami,” kata Kong kepada The Star.
Seperti dilansir The Straits Times, pembangunan Melaka Gateway yang disejalankan dengan Melaka Harbour ini membuat Singapura ketar-ketir karena dikhawatirkan akan menyalip Singapura sebagai pelabuhan terbesar di kawasan ini.
S Rajaratnam School of International Studies, Dr Johan Saravanamuttu, salah seorang pengamat maritim menduga bahwa ekspansi China tidak hanya sebagai strategi bisnis karena 80 persen perdagangan China melewati kawasan itu.
“Ada unsur strategis Selat Malaka. Ini selalu dimulai dengan masalah ekonomi yang berkembang menjadi salah satu isu keamanan. China akan memastikan perjalanan kapal komersial mereka yang aman,” kata Johan.
Melaka Gateway dibangun lebih luas dibandingkan pelabuhan Kualalumpur dan Beijing untuk meningkatkan perdagangan bilateral dan meningkatkan transportasi logistik yang banyak digembar-gemborkan sebagai Maritime Silk Road. (***)