Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan untuk menurunkan dwelling time di pelabuhan dapat dilakukan dengan mengoptimalisasikan pelabuhan darat (dry port). Karena itu pemerintah segera menyusun rencana pembangunan dry port di sejumlah titik baru.
“Nanti pembangunannya kami tawarkan kepada swasta saja, untuk apa BUMN . Dry port seperti yang ada di Cikarang itu jadi model karena itu bisnis yang bagus,” kata Luhut di Jakarta.
Menko Maritim mengakui jika pembangunan dry port di Indonesia terlambat. Tetapi, sudah ada satu dry port milik PT Gerbang Teknologi Cikarang atau Cikarang Dry Port untuk menopang industri di kawasan Jawa Barat.
Menurut Luhut, seharusnya sudah ada beberapa titik yang menjadi lokasi dry port, salah satunya di Cempaka Putih, Jakarta Timur untuk menopang arus barang dari Pelabuhan Tanjung Priok. “Sayangnya pembangunan hinterland tersebut dibatalkan dan diganti dengan pembangunan properti. Maka kami akan mengumpulkan dulu semua pengusaha untuk mau memakai dry port baik dari Tanjung Priok, Tanjung Mas, maupun Tanjung Perak,” ungkapnya.
Menko Luhut menyebutkan beberapa lokasi yang ditargetkan untuk membuka dry port misalnya di Tangerang (Banten), dan Bogor (Jawa Barat).
Mantan Menkopolkam ini juga mengaku akan mengembangkan dry port Gedebage di Bandung. Namun pemerintah harus melakukan kajian secara komprehensif mengingat banyaknya infrastruktur jembatan di sekitar Gedebage.
“Eksekusi untuk optimalisasi dry port di Cikarang akan dimulai per 1 Desember 2016. Saat ini, kami akan melakukan kajian bersama dengan segenap pemilik perusahaan, pengguna jasa, dan pemangku kepentingan terkait untuk menyusun standarisasi layanan dan harga agar penggunannya semakin optimal,” ujar Luhut. (**)