INSA Kalimantan Barat berharap pembangunan pelabuhan Kijing di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat segera dilaksanakan, karena pelabuhan yang ada di Pontianak sudah sangat padat. Selain itu, akses jalan di sekitar pelabuhan sudah tak lagi layak dengan banyaknya lalu lalang truk container.
“Dengan adanya pelabuhan Kijing, kapal-kapal atau tongkang yang selama ini bersandar di TUKS juga akan memperoleh solusi berkegiatan. Akibat kebijakan pemerintah mengenai TUKS harus memiliki ijin industry, ratusan tongkang tak bisa sandar,” kata M. Rosyidi Usman, Ketua DPC INSA Pontianak kepada Ocean Week, per telpon.
Mengenai hal ini, Rosyidi juga mengaku sudah menginformasikan dan melaporkannya kepada DPP INSA di Tanah Abang III, Jakarta Pusat belum lama ini. Namun, ungkapnya, untuk tongkang-tongkang tersebut, sekarang sementara sudah mendapat tempat penyandaran di sekitar pelabuhan Mempawah.
“Makanya kami minta pembangunan pelabuhan Kijing segera dilaksanakan,” ucapnya.
Sementara itu Direktur Teknik dan Manajemen Risiko PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II Dani Rusli Utama mengungkapkan, pada tahun 2019 operasional sebagian terminal Pelabuhan Kijing di Mempawah, sudah dapat dilaksanakan. “Pelabuhan internasional ini akan melayani sektor industri hilir di provinsi tersebut di antaranya minyak sawit mentah dan aluminium,” katanya.
Mantan Dirut PT JICT ini juga menyatakan, Pelindo II harus mengembangkan Terminal Internasional Kijing karena Pelabuhan Pontianak saat ini kapasitasnya terbatas hanya 217.000 TEUs. Sementara itu, terminal peti kemas dan multipurpose Kijing fase pertama diproyeksikan menampung dua kali lipat dari kapasitas Pelabuhan Pontianak atau sekitar 500.000 TEUs.
Pelabuhan ini, nantinya memiliki potensi besar karena memiliki kedalaman alami sedalam -15 low water spring (LWS) sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pengerukan di sana (dredging).
Adapun, total keperluan lahan untuk Pelabuhan Internasional Kijing mencapai 200 ha, sementara kawasan industrinya mencapai kurang lebih 5.000 ha. Selain minyak sawit, Kalimantan Barat juga memiliki potensi kayu, pertambangan dan industri makanan yang dapat menjadi kargo muatan dari wilayah ini.
Dani menambahkan, proyek pengembangan pelabuhan itu terdiri dari tiga fase. Pertama terminal peti kemas dan multipurpose, fase kedua terminal peti kemas dan curah cair dan ketiga terminal curah kering dan curah cair. “Fase pertama, peti kemas dan multipurpose, investasinya sekitar Rp 2 triliun,” ungkapnya. Jika ditotal, ketiga fase tersebut akan menghabiskan dana Rp 5 triliun. Namun, jumlah tersebut belum termasuk investasi alat penunjang bongkar muat. (***)