Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jawa Barat (Jabar) mendukung dan berharap realisasi pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang Jabar dapat dipercepat, karena dengan adanya pelabuhan ini, industry disekitarnya akan lebih diuntungkan, selain dekat dibandingkan ke Priok atau ke Semarang, juga lebih efektif dan efisien dalam kegiatannya yang menggunakan fasilitas pelabuhan.
“Pelabuhan Patimban sebagai pengganti Cilamaya yang batal dibangun, sangat penting untuk Jawa Barat. Kalau bisa, Patimban agar jadi ‘icon’ pelabuhan yang dimiliki Jabar dan dapat disejajarkan dengan pelabuhan internasional di Malaysia,” kata Ketua ALFI Jabar M. Nuh Nasution kepada Ocean Week, di Kantornya, Jumat siang (4/11).
Dirut PT Trans Marpinggan ini juga berharap supaya pembangunan pelabuhan Patimban tersebut direncanakan dalam jangka panjang, seperti Belanda dulu merencanakan pelabuhan Tanjung Priok.
Sebagai perusahaan yang bergerak di sector logistic dan sudah memperoleh ISO 9001 (manajemen mutu) dan OHSAS 18001 (keselamatan kerja), Nuh mengaku berkepentingan dengan adanya pelabuhan Patimban itu. “Jadi kita punya alternative pilihan dalam berkegiatan, apakah Patimban, Tanjung Priok atau Tanjung Emas,” ujarnya.
Cuma, menurut catatan Nuh, untuk merealisasikan Patimban, pemerintah mesti menyiapkan lahan yang cukup luas. “Padahal sekarang masih banyak yang belum dibebaskan, belum lagi akses jalan dari pelabuhan ke jalan raya berjarak sekitar 10 km, siapa nanti yang akan mbangun,” ungkapnya.
Sementara itu Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan pihaknya selalu mendukung adanya alternatif pelabuhan baru di Pulau Jawa, tetapi pemerintah harus terbuka mengenai sistem investasinya.
Yukki menyarankan agar pemerintah terus menjalankan rencana ini dengan tender kepada pihak swasta baik internasional, nasional ataupun kerja sama (joint venture). Namun, dia meminta pemerintah membuka rincian sistem invetasi tersebut kepada publik.
Selain itu, dia menilai pihak investor memerlukan kejelasan mengenai lokasi dan volume arus barang secara keseluruhan. Jangan sampai, seperti yang lalu, lokasinya dibatalkan karena adanya halangan dari segi akses.
Selama ini, investor pasti melihat perkembangan sektor pelabuhan di Indonesia. Dia mencontohkan ketidaksepahaman antara pemilik dan karyawan di Jakarta International Container Terminal (JICT) wajar membuat banyak investor ragu.
“Jadi sebaiknya dibuka ke publik sistemnya seperti apa. Maka dibuatlah beauty contest atau tender, undang para pelaku besar untuk melihat kemungkinan apa bisa dibangun. Dalam sistem business to business (B to B) yang terpenting adalah kepastian,” ungkapnya.
Di tempat lain, Menhub Budi Karya Sumadi mengungkapkan pelabuhan Patimban ini akan melengkapi fungsi New Priok sebagai pelabuhan internasional.
Terkait soal pembebasan lahan untuk proyek Patimban, Budi meminta bantuan pemerintah daerah untuk memastikan tidak ada spekulan yang bermain sehingga membuat harga tanah melambung tinggi. “Soal penyelesaian tanah, saya sampaikan ke Bupati, jangan ada calo, karena kami akan pakai mekanisme ganti-untung,” kata Menhub.
Budi Karya juga mengungkapkan, bahwa pembangunan pertama proyek Patimban diharapkan selesai pada 2019. Minimal, kata dia, sudah ada kapal yang beroperasi di Patimban. Sebagian fungsi New Priok juga bisa dialihkan ke Patimban. Proyek yang masuk dalam proyek strategis nasional ini, seluruhnya ditargetkan rampung pada 2027.
Untuk diketahui, investasi untuk pelabuhan berkapasitas 1,5 juta TEUs ini ditaksir mencapai Rp 43,22 triliun. “Ini adalah satu rencana besar. Harus didukung berbagai pihak,” kata Budi. (***)