Digitalisasi logistik Indonesia merupakan kata-kata kekinian yang hadir dalam setiap diskusi logistik di Indonesia. Semua pemangku kepentingan dalam logistik menyatakan inilah kunci masa depan logistik Indonesia. Digitalisasi logistik selalu diawali dengan transformasi digital. Hal yang perlu digarisbawahi dalam transformasi digital adalah adanya perubahan business process yang memajukan nilai faster, better dan cheaper.
Hal itu diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi kepada Ocean Week, per telpon, Rabu (27/2) pagi.

“Ketiga nilai tersebut akan menciptakan operational excellence, dimana terjadi peningkatan kecepatan, kualitas dan efisiensi yang diiringi dengan penurunan biaya,” kata Yukki.
Menurut Ketua AFFA ini, Transformasi digital bukan hanya semata-mata memindahkan proses bisnis manual menjadi digital melalui penerapan system tertentu, melainkan harus disertai dengan perubahan business process yang mengedepankan tiga nilai tersebut.
Perubahan bisnis proses inilah, ungkap Yukki, yang seringkali menimbulkan gesekan diatara pemangku kepentingan, sebab terkadang perubahan ini terhalang ego sektoral dimana tidak diinginkan adanya perubahan peran dari pihak terkait.
Optimalisasi ketiga nilai digitalisasi memerlukan keterlibatan banyak pihak atau pemangku kepentingan. “Keterlibatan para pemangku kepentingan tersebut tidak terbatas pada keterikatan terhadap suatu platform tertentu saja, melainkan diperlukan adanya integrasi dalam suatu ecosystem yang memberikan nilai tambah kepada seluruh pemangku kepentingan,” kata Yukki.
Ketua Umum ALFI ini juga menyatakan, bahwa Integrasi menjadi kata kunci dalam Industry 4.0. Semakin banyak integrasi yang dilakukan, semakin tinggi nilai tambah yang diberikan dan nilai baru yang dihasilkan.
Dalam mendukung program Pemerintah terkait peningkatan volume ekspor Indonesia, terutama ekspor usaha kecil dan menengah, serta penurunan biaya logistik Indonesia diperlukan suatu konektivitas dan integrasi logistik yang baik dengan pihak luar negeri.
Hal ini sejalan dengan ASEAN Connectivity 2025, dimana nilai utama yang dimajukan adalah seamless logistic guna menurukan biaya logistik setiap anggota ASEAN. Ecosystem logistik yang saat ini dikembangkan oleh ALFI yang mengedepankan nilai trusted dan secure telah terintegrasi dengan ecosystem logistik di negara-negara anggota ASEAN.
Integrasi di kawasan regional merupakan value proposition yang ditawarkan ALFI kepada dunia usaha di Indonesia. Pertukaran data dalam ecosystem regional yang terintegrasi menciptakan efisiensi yang berdampak langsung kepada dunia usaha Indonesia. Implementasi ecosystem ini dapat mempersingkat waktu pembuatan dan pengurusan dokumen dari hitungan hari menjadi hitungan jam. Otomatisasi yang menjadi warna dalam industry 4.0 juga hadir dalam ecosystem ALFI.
Pertumbuhan perdangangan digital antar negara saat ini harus didukung konektivitas dan integrasi logistik antar negara. Indonesia sebagai pemain penting dalam perekonomian regional maupun global harus aktif berinteraksi dengan dunia luar. Interaksi digital melalui konektivitas dan integrasi ecosystem logistik Indonesia harus menjadi garda depan perdangangan luar negeri.
Hal inilah yang selalu mendorong ALFI untuk aktif mengembangkan ecosystem yang dimiliki. “ALFI tidak hanya mengintegrasikan kegiatan logistic di Indonesia, tetapi juga membawa logistic Indonesia aktif berinteraksi di dunia regional maupun internasional,” ungkap Yukki. (***)