Kadin Kalimantan Timur memperkirakan harga batubara hanya membaik sampai April 2017 mendatang. Sebab trend peningkatan harga sudah cukup lama, jadi mulai pasca April 2017, paling harga berada pada kisaran 50-60 dolar AS per metric ton.
Harga batubara dunia sempat menyentuh level 30 dollar per metric ton. Karena itu produsen batubara membatasi, bahkan menghentikan produksi.
Namun, harga Batubara Acuan (HBA) di pengujung 2016 menembus level US$ 100 per ton. Bahkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA Desember ini sebesar US$ 101,69 per ton. Harga itu seperti kondisi di akhir 2011 hingga pertengahan 2012 silam.
Kementerian ESDM memperkirakan angka konsumsi batubara tahun ini akan mencapai 90,55 juta ton. Sedangkan angka produksi turun menjadi 343 juta ton tahun ini dibanding 461 juta ton pada tahun 2015.
Di tahun 2017, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan turun lagi menjadi 413 juta ton.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kaltim, Alexander Soemarno mengatakan, Kenapa China membatasi produksi batu bara, karena jenis pertambangan mereka adalah tambang dalam. Biaya dan risikonya besar. “Bisa runtuh, orang kehabisan oksigen dan lain-lain. Beda dengan pertambangan kita yang menganut sistem open pit,” ucap Alex.
“Dalam kondisi harga rendah, pola pertambangan di China otomatis tak mencapai nilai ekonomis. Sehingga, tanpa dibatasi pun, penambang pasti berhenti, karena rugi,” ungkapnya.
Jika harga terus bertahan, kata Alex, produsen batubara, tidak hanya Indonesia, akan kembali membanjiri pasar. Akibatnya, harga akan kembali turun.
“Tapi, jika kondisi harga batubara naik seperti saat ini, tidak menutup kemungkinan pertambangan di China dan negara lain seperti Australia akan bergeliat lagi. Ditambah geliat tambang batubara di Indonesia, saya pikir pada akhirnya permintaan dan penawaran akan seimbang. Jika demikian, harga akan kembali normal lagi,” katanya. (**)