Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji menyatakan akan menolak jika PT Pelindo melengkapi crane bekas untuk dipakai mendukung kegiatan bongkar muat di pelabuhan internasional Kijing, Mempawah Kalimantan Barat (Kalbar).
Sindiran gubernur disampaikan ketika memberi sambutan pengukuhan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalbar. “Kalau pakai crane bekas, nanti saya suruh tukang besi bekas nawarnya (membelinya),” ujarnya, Jumat (17/3).
“Pelabuhan itu diresmikan Presiden, masa mau pakai crane bekas,” katanya lagi.
Sutarmidji menyampaikan itu saat dirinya memaparkan produksi Crude Palm Oil (CPO) Kalbar yang setahun mencapai 7 juta ton. “Ekspor CPO dari Kalbar sebenarnya besar. Karena, dalam setahun produksi CPO kita bisa mencapai 7 juta ton,” ungkapnya.
Seharusnya, ekspor CPO itu bisa menjadi pemasukan bagi Kalbar. Namun sayangnya, dari 7 juta ton tersebut, tak sampai 1 juta ton yang tercatat diekspor dari Kalbar.
Hal itu, jelasnya, terkait belum siapnya pelabuhan Kijing, sebagai pelabuhan internasional. “Di Pelabuhan Kijing belum ada tangki pendam dan belum ada crane. Karena itu, ekspor masih banyak dilakukan dari daerah lain seperti Lampung dan Batam,” katanya.
Pelindo, ungkap gubernur, seharusnya melengkapi pelabuhan yang berada di Sungai Kunyit Mempawah itu dengan crane dan tangki pendam. “Kemarin mereka bilang, mau dicarikan crane bekas dimana gitu, saya bilang jangan. Saya nda mau. Kalau pakai crane bekas, nanti saya suruh tukang besi bekas nawarnya (membelinya). Masa (pelabuhan) diresmikan Presiden, tapi mau pakai crane bekas,” katanya menyindir.
“Di sini ada kepala Pelindo (GM PT Pelindo Pontianak)? Kalau ada bagus, biar cepat selesai,” imbuhnya.
Dirut IPC TPK yang dikonfirmasi melalui WhatsApp HP nya, menjawab bahwa belum mengetahui kalau ada isu tersebut.

Seperti diketahui bahwa Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo telah meresmikan Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak di Kabupaten Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat, pada Selasa (9/8/2022) lalu.
Pekerjaan pembangunan Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak dimulai tahun 2016 dengan menghabiskan dana sebesar Rp 2,9 Triliun dan merupakan pelabuhan terbesar di Pulau Kalimantan. (**)