Dua belas terminal penumpang akan, sedang dan sudah dibangun oleh PT Pelindo III. Kedua belas terminal itu, antara lain Labuan Bajo, Banyuwangi, Benoa, Gili Mas, Maumere, dan Waingapu.
“Tiga terminal penumpang yakni Gili Mas, Maumere, dan Waingapu sudah ground breaking, yang lainnya masih dalam proses,” kata Muhammad Iqbal, Direktur Operasi PT Pelindo III kepada Ocean Week, di Kantornya, di Surabaya.
Menurut Iqbal, sekarang ini kecenderungan kapal-kapal criuse datang ke Indonesia cukup besar, sehingga penting untuk menyiapkan fasilitas pelabuhan yang memadai. “Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Tanjung Perak Surabaya, Benoa Bali cukup padat didatangi kapal-kapal pesiar. Saat ini untuk wilayah Indonesia Timur juga banyak dikunjungi wisatawan, sehingga kami pun akan menyiapkan pelabuhan yang layak untuk dapat disandari kapal pesiar tersebut,” ungkapnya.
Sementara itu, Prasetyo, President Director PT Pelindo Properti Indonesia (PPI), anak usaha Pelindo III membenarkan bahwa perseroan BUMN ini sedang membangun sejumlah infrastruktur yang berkaitan dengan pariwisata. Misalnya di wilayah Banyuwangi, perseroan sedang mengembangkan Marina Bahari di areal seluas 40 hektar.
“Nanti disitu dilengkapi dengan hotel, reesort, kebun binatang mini, selain dermaga untuk kapal-kapal wisata,” ujarnya saat ditemui di Surabaya North Quay pada Kamis (27/4) lalu.
Surabaya North Quay merupakan destinasi wisata maritim yang terletak di dalam pelabuhan Tanjung Perak, tepatnya di terminal penumpang Gapura Surya Nusantara yang telah dilaunching pada tahun 2016 lalu.
Disini, para calon penumpang, kru kapal serta masyarakat umum dapat melihat suasana kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal melalui lantai 3 sambil menikmati berbagai makanan khas Surabaya dan lainnya. Dari sini pula, kapal-kapal Ro-Ro tujuan pulau Madura tampak jelas terlihat.
“Setiap hari selalu ramai dengan orang-orang yang berkunjung kesini, apalagi kalau hari libur, cukup padat,” ucap Prasetyo sembari mengajak Ocean Week bersantai di lantai 3, dan kebetulan sedang sandar dua kapal Pelni disitu.
Prasetyo pun menceritakan bagaimana sekarang ini sedang ngebut untuk menyelesaikan pembangunan Boom Marina Banyuwangi. “Targetnya pada Agustus 2017 sudah selesai, karena pada September akan ada Sail Banyuwangi, jadi sebelum acara itu mesti sudah selesai,” jelasnya.
Kata Prasetyo, Bom Marina Banyuwangi sangatlah potensial, sebab sekitar 5000 kapal wisata per tahun datang ke wilayah ini untuk menikmati ‘under water’ disini yang konon pemandangannya tak kalah dengan tempat lain.
“Kami juga menggandeng investor luar untuk pembangunan dan pengelolaannya. Misalnya dengan Patra Jasa untuk kerjasama pengelolaan hotel, lalu pengelolaan Marina dengan Singapura, dan maintenance kapal-kapalnya sudah ada dari Australia yang tertarik masuk,” ujarnya.
Prasetyo menambahkan, untuk total biaya pembangunannya menelan dana sekitar Rp 700 milyar, berasal dari dana internal Pelindo Rp 300 milyar dan sisanya dari investor. “Selain di Banyuwangi, kami juga konsentrasi untuk pengembangan Benoa. Namun di Benoa kami sedikit terkendala, karena belum memperoleh ijin dari Walikota Benoa. Sedagkan yang lain seperti Karimunjawa akan juga dikembangkan,” ungkapnya.
Pastinya, kata Prasetyo, PPI mendapat tugas selain menyelesaikan pembangunan Marina Banyuwangi, dan Benoa Marina, juga Gili Mas Marina Lombok, serta Komodo Marina Labuan Bajo. (***)