Usulan satu atap dari INSA terkait dengan layanan inaportnet sistem yang dianggap belum sepenuhnya berjalan lancar, mendapat tanggapan positif dari dirjen Laut Tonny Budiono. Dirjen Hubla menyatakan setuju saja dengan usulan itu, tapi dengan catatan INSA mesti menyiapkan sendiri tempatnya.
Tonny Budiono menyatakan kalangan pelayaran jangan hanya bisa memprotes tanpa memberi solusi terkait dengan inaportnet di pelabuhan Tanjung Priok yang dikritik pelayaran karena systemnya masih belum berjalan maksimal.
“Pelayaran (INSA) jangan hanya ngomong saja, kalau memang mereka minta pelayanan satu atap mengenai layanan inaportnet, mesti harus dipikirkan sendiri dan menyiapkan tempatnya, jangan hanya bisa kritik tanpa memberi solusi,” ungkap Dirjen Hubla Tonny Budiono kepada Ocean Week, di Tanjung Priok, Minggu (23/4).
Tonny Budiono yang waktu dimintai tanggapannya terkait usulan INSA agar pelaksanaan inaportnet system di pelabuhan Tanjung Priok dilakukan satu atap, ditemani H. Marwansyah (Kepala Kesyahbandaran Utama Pelabuhan Tanjung Priok). “Mestinya mereka yang minta, mereka yang juga mesti menyiapkan, sebab sebenarnya pelayaran pun banyak yang belum siap dengan system online ini,” tegas Tonny.
Menurut Tonny, inaportnet sudah menjadi program nasional untuk percepatan layanan keluar masuk kapal di pelabuhan. Bukan hanya di Tanjung Priok saja, tapi juga di Makassar, Belawan, Tanjung Priok, dan terakhir di Tanjung Emas Semarang.
Sebelumnya, INSA mengusulkan supaya layanan operasional inaportnet dilaksanakan secara satu atap. Maksudnya, para petugas dari Otoritas Pelabuhan (OP), Pelindo Priok, Kantor Syahbandar Utama Pelabuhan Tanjung Priok, dan PT Jasa Armada Indonesia (JAI) berada dalam satu tempat.
“Sehingga jika ada masalah pada sistem inaportnet, petugas pelayaran cukup mendatangani di satu tempat tersebut, bukan seperti sekarang harus lari ke kantor OP, kantor Syahbandar, sehingga cukup melelahkan,” kata fungsionaris DPC INSA kepada Ocean Week, di Tanjung Priok.
Sumber tadi yang keberatan disebut jatidirinya juga menyatakan, bahwa dengan satu atap akan ketahuan, siapa sebenarnya yang lambat, atau yang kurang merespon terhadap hal-hal tersebut.
“Kami juga usul supaya diberlakukan automatic responce, karena jika dalam 30 menit tak direspon oleh operator, sehingga siklus sistem dapat berjalan normal. Itu akan terjadi efisiensi dari petugas pelayaran,” ujarnya. (**)