Pelayaran sector offshore dan Asosiasi Penyaluran Bahan Bakar Minyak Indonesia (APBBMI) berharap kepada pemerintah untuk melakukan eksplorasi baru minyak dan gas (Migas), mengingat cadangan minyak Indonesia diperkirakan habis pada 15 tahun kedepan.
“Per hari kita butuh sekitar 1,5 juta (BPH), sementara produksi dalam negeri baru mampu separuhnya (kurang lebih 800 ribu). Kekurangannya impor, jadi pemerintah eksplorasi sumur-sumur baru, selain untuk mengisi kekurangan, juga cadangan minyak kita sudah menipis, diperkirakan habis pada 15 tahun kedepan, makanya perlu diantisipasi,” kata Wakil Ketua Umum INSA Darmansyah Tanamas dan Ketua Bidang Bunker APBBMI Uce Ukon secara terpisah, beberapa waktu lalu.
Sebagai pelaku bisnis pelayaran offshore, Darmansyah mengungkapkan, Ketidakseimbangan antara produksi minyak yang terus turun dengan konsumsi dalam negeri yang terus meningkat membuat impor tidak bisa terelakkan. Dia menyatakan, angka impor minyak akan terus membengkak dari tahun ke tahun hingga mencapai 1 juta BPH-2 juta BPH pada periode 2020-2025 nanti.
Begitu pula dengan Ukon. Mantan pensiunan PT Pertamina ini juga khawatir, jika Indonesia terus mengimpor minyak, akan membebani APBN, padahal negeri ini memiliki potensi sumber minyak yang luar biasa. “Kami minta pemerintah menggiatkan eksplorasi sumur baru,” ungkapnya.
Dikhawatirkan jika harga minyak kembali pada angka US$ 100 per barel, berapa besar dana APBN yang akan disubsidikan kesana. “Kalau tidak rakyat yang menanggungnya, bisa masalah, karena Indonesia masih ketergantungan impor minyak,” ujar keduanya. (**)