Bisnis depo container menjadi bagian penting dari mata rantai perekonomian di pelabuhan. Sebab usaha ini sangat menopang dari kelancaran arus barang ekspor impor. Namun bisnis ini tidak lagi menarik di Jakarta dan Jabar. Justru Bitung dan Makassar dinilai bagus untuk inves usaha ini. Untuk mengetahui seputar bisnis depo, Ocean Week mencoba menggali info dari H. Muslan, Ketua Umum DPP Asdeki.
Bagaimana peluang usaha depo tahun ini dan kedepan?
Menurut pendapat saya bahwa Bisnis kedepan Depo dibagi menjadi beberapa wilayah al, Untuk DKI dan Jabar sudah tidak menarik lagi karena suplay lebih banyak dari pada deman ditambah dengan sangat mahalnya Harga dan sewa Lahan di DKI dan Jabar, juga adanya penetapan UMP yang cukup Tinggi. Begitu juga untuk daerah Lain seperti di Jatim, Jateng dan Lampung,serta Medan. Kemungkinan yang masih bagus untuk inves depo kedepan adalah ( Makassar, Palembang, Bitung, dan Indonesia bagian barat )
Perekonomian saat ini masih lesu, apa dampak terhadap usaha depo?
Dampak terhadap Usaha depo mulai dari tahun 2015 sampai awal 2016 ini belum baik, bahkan banyak angggota kami yang mengalami kerugian khusunya di DKI Jakarta, Bahkan menurut beberapa catatan dari angggota kami 2015 turun sekitar 15,08 % bila dibandingkan dengan kegiatan 2014.
Langkah apa yang harus dilakukan pemerintah dalam pemulihan kelesuan usaha kepelabuhanan ini, menurut ASDEKI ?
Beberapa Faktor yg perlu dukungan dari pemerintah adalah :
- Pembangunan Jalan Toll dari Daerah Cakung menuju pelabuhan Tanjung Priok harus diselesaikan dalam waktu dekat, Apalagi adanya rencana pengoperasian Pelabuhan Kalibaru dalam Tahun ini.
- Pemerintah bersama ASDEKI diminta untuk segera menata Ulang terhadap Peninjauan kembali Hal Perijinan/Pemutihan dengan adanya ketentuan pendirian usaha depo container yang diselaraskan dengan KM 47. Demi terciptanya kelancaran Operasional yang lebih baik dan Keamanan Lingkungan dalam menjaga GREEN Development.
- Menghimbau kepada seluruh pengusaha Depo container yang belum menjadi anggota ASDEKI Untuk mendaftar menjadi anggota ASDEKI. Hal tersebut sesuai dengan KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR :KP 705 Tahun 2014. Tentang ASOSIASI DEPO KONAINER INDONESIA ( ASDEKI ) Tanggal 11 Agustus 2014.
- Mendata dan menata suluruh container yg masuk ke Indonesia agar dapat didetexi keberadaannya dan asal usulnya. Sebab banyak fungsi container yang tidak dipergunakan sebagai mestinya.
- Pemerintah sebaiknya harus mengetahui Jumlah container yang dimiliki oleh pemilik Asing ( Perusahaan pelayaran dan Perusahaan Leasing Container ) Maupun Pengusaha Nasional. Khususnya terhadap seluruh container yang pernah masuk ke Indonesia, ini harus terdaftar dan akan diketahui bahwa container tersebut kembali keluar dari Indonesia atau tidak.
- Membuat peraturan baru mengenai tata cara pemakaian container antar perusahaan pelayaran ( yang saat ini sering disebut dengan Free Use )
Sehingga Fungsi container sebagai tempat untuk mengisi barang dapat maximal artinya setiap lalau lintas container khusunya melalui laut dan darat ini diisi barang, sehingga hal tersebut berdampak langsung dapat menurunkan biaya Logistics.
Apa saran ASDEKI agar cost logistik nasional dapat kompetitif dengan luar?
Diperlukan Perbaikan Infrastructur yang berkesinambungan dengan sistim Logistics, misalnya Pembanguan Pelabuhan yang memadahi baik peralatan, system maupun SDM nya. Pembangunan perbaikan akses jalan dari lokasi2 industri ke Pelabuhan dan sebaliknya untuk memperlancar arus angkutan darat. Perpendek sistim Pengurusan dokumentasi baik Import maupun Export dengan tetap mengadakan pengawasan secara seksama. Berikan dispensasi/Insentif Fiskal tehadap perlatan yang mendukung kegiatan Logistics, spt Armada Angkutan Truck, Peralatan Depo, Peralatan Pergudangan dan peralatan lainnya yg menyangkut dengan kegiatan Logistics. Sehingga harga pembelian peralatan lebih kompetitief yg berdampak kepada Nilai Depresiasi. Menyederhanakan SOP mengenai tata cacar Logistics dengan melibatkan para Stack Holder agar tercapai satu standarisasi yang lebih baik dan effisien. Merumuskan sistim kerja 247 dengan tepat, sehingga lebih effective, dapat bersaing baik waktu maupun Harga.
Apa yang sudah ASDEKI lakukan dalam era perubahan dan antisipasi perdagangan ASEAN ?
Membuat Standarisasi Operasional Reciving dan Delivery Container dengan waktu yg lebih Effisien antara 7 sampai 15 Menit per Container. Membuat analisa perhitungan cost of logistics yang berhubungan dengan kegiatan Depo Container seperti, Standaisasi tarip. Mengadakan Kerjasama dengan beberapa Perguruan Tinggi dalam mensosialisasi terhadap kegiatan2 Logistics. Mengadakan Pembahasan secara rutin dengan assosiasi lain yang menangani kegiatan Logistics sehingga dapat tercapai sistm kerja logistics yang singkat, cepat dan effisien baik waktu maupun biaya. Mengadakan studi banding dengan negara2 di Asean ( Thailand, Penang, PSA, Hongkong, dan lainnya ) sehingga dapat tercipta sistim dan pola kerja yang standard dan bersinergi. Memberikan masukan dan kerjasama dengan pemerintah dalam merumuskan kebijakan2 sesuai dengan amanah Program pemerintah terhadap kegiatan Tol laut atau kegiatan Maritm.