Sekitar 50 juta TEUs petikemas melewati selat Malaka menuju pelabuhan Singapura, Ironinya tak satupun petikemas tersebut mampir ke pelabuhan Batu Ampar Batam.
Cerita tersebut sempat disampaikan Direktur BUP BP Batam, Dendi Gustinandar kepada Ocean Week, beberapa bulan lalu, sewaktu Dendi menjadi salah satu Nara sumber sebuah diskusi yang digelar oleh INAMPA, di Sunlake Hotel, Jakarta Utara.
“Puluhan juta (50 jutaan) petikemas yang lalu lalang diangkut kapal-kapal raksasa ke Singapura tak satupun masuk ke Batu Ampar Batam, memprihatinkan sekali,” kata Dendi waktu itu.
Karena itu, Dendi merasa terpacu untuk bagaimana petikemas-petikemas tersebut sebagian nantinya bisa masuk ke Batam. Untuk itu, BP Batam mulai berencana mengembangkan pelabuhan Batu Ampar. Apalagi letak pelabuhan ini sangat strategis, sehingga berpotensi menjadi pelabuhan internasional transhipment. Dan tak tertutup kemungkinan, jika Batu Ampar Dikembangkan, sebagian pasar petikemas yang ke Singapura, bisa sebagian digiring masuk ke Batam.
Seperti diketahui bahwa pada 2023 lalu, Pelabuhan Batu Ampar menyumbang 76% total ekspor Kepulauan Riau, mencapai USD 8,7 miliar. Badan Usaha Pelabuhan (BUP) BP Batam mencatat kenaikan volume bongkar muat hingga 8%, mencapai 624.061 TEUs.
Dendi Gustinandar menyampaikan bahwa untuk mengembangkan batu ampar sebagai internasional transhipment port, dibutuhkan investasi mencapai Rp3,8 triliun hingga 2025.
Menurut dia, saat ini potensi internasional transhipment port masih didominasi oleh pelabuhan di Singapura 32,3 juta TEUs, Busan 12,2 juta TEUs, Tanjung Pelepas 10,6 juta TEUs, dan Port Klang 8,4 juta TEUs. “Kita tau bahwa pelabuhan transhipment dunia tersebut sama-sama berada di jalur Selat Malaka yang dilintasi 90.000 kapal per-tahunnya, dan Batu Ampar pun berada di jalur itu,” ungkapnya.
Namun Dendi tetap optimis suatu saat jika Batu Ampar Dikembangkan dan memiliki fasilitas yang memadai, tidak tertutup kemungkinan sebagian pasar itu bisa direbut.
Kata Dendu ada tiga tahapan dalam upaya mengembangkan Pelabuhan Peti Kemas Batu Ampar menjadi transhipment port, dengan nilai investasi sebesar Rp3,8 triliun hingga tahun 2025.
Tahap pertama, dimulai November 2023 lalu, melibatkan PT Persero Batam menjadikan Pelabuhan Batu Ampar fokus sebagai feeder ke Singapura dan Domestic Transhipment.
“Kami sudah melakukan modernisasi infrastruktur dengan penerapan Batam Terminal Operating System (B-TOS), telah meningkatkan efisiensi layanan,” ujarnya.
Tahap kedua, ungkap Dendi, mulai Juli 2025, pelabuhan akan menjadi direct call dengan kapasitas kontainer 2500 TEUs. Untuk itu, akan dilakukan perluasan lapangan penumpukan dan pengadaan empat unit container crane, untuk menopang kegiatan bongkar muat.
Kemudian, tahap ketiga yang dimulai pada Juli 2028. Pelabuhan Batu Ampar akan dikembangkan menjadi international transhipment port dengan kapasitas 1,6 hingga 2 juta TEUs.
“Perluasan lapangan penumpukan, perpanjangan dermaga, pendalaman alur kolam, dan penambahan container crane menjadi strategi untuk mencapai target tersebut,” jelasnya.
Diharapkan dengan dilakukan pengembangan tersebut, akan menjadikan Pelabuhan Batu Ampar sebagai hub perdagangan dunia, memperkuat ekonomi Batam, dan meningkatkan peran Indonesia di pasar perdagangan global. “Kami optimis, obsesi itu bisa direalisasikan,” katanya.
Selama ini banyak kalangan yang Nyinyir Batu Ampar bisa maju. Apalagi menjadi transhipment port internasional seperti yang dilakukan Singapura. (**)