ALFI DKI Jakarta mengapresiasi positif penggunaan Kereta Api (KA) untuk angkutan petikemas rute Gedebage-Pelabuhan Tanjung Priok, karena dapat mengurangi beban dan kepadatan jalan raya, apalagi dengan belum selesainya perbaikan jembatan Cisomang di ruas tol Purbaleunyi Purwakarta, Jawa Barat.
“Boleh juga pakai Kereta, meski itu merupakan rute yang sudah lama dilakukan karena volume barang yang menggunakan moda transportasi kereta tidak banyak,” kata Sekretaris ALFI Jakarta, Adil Karim kepada Ocean Week, di Jakarta Sabtu (14/1) malam.
Menurut Adil, dengan melalui kereta, maka perawatan jalan menjadi berkurang, sehingga ada subsidi yang dapat dialihkan untuk hal itu. “Subsidi itu bisa saja dialihkan untuk ongkos angkut sehingga cost logistic bisa murah,” ujarnya.
Adil juga mengakui kalau barang yang diangkut menggunakan KA akan double handling. Lagi pula dapat ,membuat kemacetan di sekitar jalan raya di pelabuhan, khususnya di depan JICT ketika KA melintas di areal itu menuju ke terminal.
Sebelumnya, pada waktu tiga menteri berkunjung ke Priok baru-baru ini yakni Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto untuk sosialisasi peningkatan penggunaan angkutan petikemas dengan KA rute Gedebage-Tanjung Priok, menteri Enggartiasto menghimbau para pengusaha yang melakukan ekspor, segera menggunakan kereta api Gedebage (Bandung)-Tanjung Priok.
“Penggunaan kereta peti kemas jalur Tanjung Priok-Gedebage harus dioptimalkan untuk membawa berbagai komoditas ekspor agar terjadi peningkatan efisiensi logistik, mengurangi waktu bongkar muat (dwelling time), serta meningkatkan kelancaran arus barang dan daya saing ekspor,” ujar Enggar.
Menurutnya, pemanfaatan kereta peti kemas ini menjadi salah satu pilihan solusi yang tepat. “Sebab tarif kereta api selain lebih murah, lebih tepat waktu, serta relatif aman dari dampak kemacetan arus lalu lintas di jalan raya,” pungkas Enggar.
Sementara itu Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, tantangan yang kerap dihadapi Indonesia dalam memperkuat basis industri dalam negeri adalah tentang logistik. Apalagi Presiden Jokowi selalu menekankan agar proses dwelling time dapat dipercepat dan infrastruktur diperkuat.
Menurut Airlangga, dengan rute KA ini aktivitas para pengusaha khususnya di Jawa Barat dapat semakin mudah khususnya dalam proses pendistribusian.
“Jalur ini merupakan dream comes true pengusaha di Jabar, karena beberapa waktu lalu baru sampai Pasoso dan sekarang sudah bisa sampai ke JICT,” ujarnya.
Ia menyebut industri garmen paling banyak menggunakan jasa kereta ini. Selanjutnya industri lain diharapkan juga dapat menggunakan jasa kereta ini.
Airlangga mengungkapkan, selama ini industri di Jawa Barat telah berkontribusi besar dalam perekonomian Indonesia karena 30% kawasan industri berlokasi di Jawa Barat.
Hingga tahun 2014, beberapa industri besar dan sedang di provinsi Jabar, antara lain industri makanan sebanyak 1.037 perusahaan, tekstil 851 perusahaan, pakaian jadi 740 perusahaan, kulit dan alas kaki 205 perusahaan, serta karet dan plastik 390 perusahaan.
Airlangga mengatakan, pihaknya juga mendorong pembangunan infrastruktur logistik di daerah strategis lainnya terutama di sentra-sentra industri.
“Misalnya dari Pelabuhan Kendal, juga bisa ditarik ke Tanjung Priok atau Tanjung Perak. Ini diperlukan agar ekonomi Jawa di bagian selatan dan utara berimbang,” ucapnya. (***)