Ketua DPC INSA Kalimantan Barat Tju Fo Phin (akran dipanggil Fophin) mengatakan jika pelayaran (kapal) petikemas masih berpikir panjang untuk mengalihkan kegiatannya dari pelabuhan Dwikora di kota Pontianak ke Kijing Mempawah, mengingat akses jalan dari dan Kijing dinilainya belum memenuhi syarat.
“Belum lah untuk pindah, untuk kapal-kapal Petikemas masih jauh, karena selain jauh dengan pergudangan pemilik barang, juga akses jalannya ke pelabuhan Kijing kecil dan sempit, sehingga truk-truk petikemas bisa lambat, apalagi harus melewati jembatan, jadi masih lebih baik kegiatannya di pelabuhan Dwikora,” ujar bos PT. Anugerah Bahari Mas didampingi Hamdan Godang (tokoh kemaritiman Kalbar) kepada Ocean Week, disela acara ulang tahun ke-56 INSA, di Jakarta, Kamis malam.
Fophin mengakui kalau sebagain kapal non petikemas sudah beberapa berkegiatan di Kijing, dan itu bagus-bagus saja.
Beberapa bulan lalu, pelayaran RCL berencana masuk ke Kijing untuk muat barang menggunakan petikemas, kata Fo Phin, namun sampai sekarang masih belum.
Sementara itu, Hambar Wiyadi, GM Pelindo Regional 2 Pontianak menyampaikan bahwa dalam semester 1, pihaknya mencatat ada 209 kapal atau tongkang bersandar untuk aktivitas bongkar muat baik untuk perdagangan domestik maupun luar negeri.
“Hingga semester I tahun 2023 suda ada 209 unit kapal yang kita layani di Pelabuhan Kijing ini. Itu artinya sudah nambah sekitar hampir 100 persen dibandingkan selama tahun lalu,” ujar Hambar dalam keterangan tertulisnya yang diterima Ocean Week, beberapa bulan lalu.
Mantan GM Tanjung Pandan ini menjelaskan dilihat dari jenis angkutan didominasi oleh tongkang curah cair dengan andil sebesar 60,3 persen atau 126 unit. Kemudian kapal curah cair sebesar 23,4 persen atau 49 unit, kapal general cargo 8,6 persen atau 18 unit dan kapal curah kering 7,7 persen atau 16 unit.
“Untuk rasio aktivitas kapal yakni 70,3 persen domestik dan 29,7 persen internasional. Untuk internasional itu untuk aktivitas ekspor dan impor,” ujarnya.
Dia mengatakan sejak diresmikan Pelabuhan Kijing 2020 lalu sudah ada 1,297 juta ton muatan di Pelabuhan Kijing di Mempawah. Hingga Mei 2023 saja sudah ada 383. 500 ton. Tujuan ekspor sendiri ke sepuluh negara yakni China, Banglades, India, Korea Selatan, Pakistan, Vietnam, Filipina, Thailand, Singapura dan Malaysia.
“Komoditas yang diekspor didominasi oleh produk komoditas Kalbar yakni sawit. Untuk sawit disini yang diekspor berupa turunan dari minyak mentah sawit atau CPO seperti RBD palm olein, RBD palm oil dan lainnya,” jelasnya.
Selain aktivitas ekspor, impor melalui Pelabuhan Kijing sudah dilakukan. Sejak 2022 hingga Juni 2023 sudah tercatat 94.174 ton. Negara asal impor tersebut ada lima yakni China, Taiwan, Thailand, Singapura dan Malaysia.
“Sementara komoditas yang diimpor melalui Pelabuhan Kijing yakni barang proyek, metanol dan beras,” ungkapnya.
Hambar berharap dengan semakin bergeliatnya aktivitas di Pelabuhan Kijing di Mempawah maka dukungan mulai dari jalan dan penataan kawasan sebagai penunjang ada akselerasi untuk memaksimalkan potensi.
“Tentu untuk mengoptimalkan Pelabuhan Kijing ini yang terus dimaksimalkan dukungan para pihak sangat dibutuhkan. Kami berharap pemerintah baik dari pusat dan daerah termasuk pelaku usaha untuk terus kita sinergi untuk mengoptimalkan pelabuhan ini,” katanya. (**)