500 kapal kontainer terjebak di luar pelabuhan China karena kebijakan krisis Covid-19 Presiden Xi Jinping melumpuhkan yang berdampak pada perdagangan global, lapor London Daily Telegraph.
Pembatasan berulang dimaksudkan untuk menghilangkan varian omicron telah menyebabkan kekurangan staf untuk menurunkan kapal di kota pelabuhan, dan kurangnya pengemudi yang mengangkut barang.
Kota-kota seperti Shanghai berada di bawah penguncian ketat untuk mengendalikan tingkat infeksi. Dikutip dari Bloomberg yang mencatat bahwa sebanyak 477 kapal menunggu di lepas pantai, dan itu menambah antrian di seluruh dunia.
Ekonom Citi Johanna Chua menyatakan ada risiko masalah rantai pasokan menyebar lebih jauh ke seluruh negeri dan internasional. “Sementara pelabuhan Shanghai tetap beroperasi 24 jam sehari di dalam “lingkaran tertutup”, yang mengharuskan pekerja untuk tetap berada di lokasi. Sementara ada banyak laporan tentang lalu lintas darat yang diblokir, truk yang terhenti dan penutupan gudang sehingga menciptakan kemacetan dan kenaikan biaya, “kata Nona Chua.
“Ini juga memiliki beberapa dampak pada logistik provinsi Jiangsu dan Zhejiang, pusat manufaktur utama, yang bersama-sama menyumbang 29 persen dari total ekspor China”.
Sedangkan Ekonom Deutsche Bank Sanjay Raja memperkirakan inflasi di Inggris akan naik di atas delapan persen karena masalah pasokan global. “Kami melihat campuran yang sangat kuat dari tekanan inflasi yang datang dari April, karena tagihan energi naik, tekanan makanan tetap tinggi (dan terus meningkat), dan tekanan barang inti terus didukung oleh kemacetan rantai pasokan,” kata Raja.
Sekretaris DPC INSA Jaya Capt. Supriyanto memprediksi bahwa antrean kapal yang sangat banyak itu, juga bakal berdampak pada Indonesia beberapa bulan mendatang, “Namun kami berharap, tak sampai berdampak pada indonesia,” katanya. (scn/**)