Maersk Line mencatatkan kerugian hingga sebesar US$ 376 juta pada 2016. Padahal pada setahun sebelumnya (2015), perusahaan pelayaran raksasa dunia ini membuat keuntungan mencapai US$ 1,3 miliar.
“Kami rugi pada 2016 karena penurunan 19% dalam tarif angkut,” kata Pierre Danet, CFO Maersk Line dalam keterangan tertulis yang dirilis Cargo News Asia, Kamis (9/2).
Menurut dia, kerugian ini dianggapnya tidak memuaskan perseroan. Namun, meski rugi, Maersk tetap kami memenangkan pangsa pasar. “Kami akan terus mendorong harga turun dan meningkatkan utilisasi kami. Selain itu tetap kompetitif. Dan kami akan terus fokus pada pelanggan agar kedepan lebih baik lagi,” ujarnya.
Diterangkan pula bahwa selama 2016 Maerks mengangkut sekitar 20.830.000 TEUs, meningkat 9,4% dari tahun-tahun sebelumnya. Kontribusi pengiriman sebesar angka itu berasal dari backhaul Timur-Barat, yang tumbuh 19%, dan headhaul Utara-Selatan, yang tumbuh 7,3%.
“Namun begitu, secara keseluruhan, permintaan pengiriman kontainer tumbuh di bawah harapan kita. Pada paruh terakhir tahun 2016, kita mengalami kondisi yang lebih baik dibandingkan di kuartal pertama. Hal itu karena situasi yang lebih baik supply-demand, yang mengakibatkan peningkatan tarif angkutan,” kata Danet.
Seperti diketahui bahwa sampai akhir tahun lalu, armada yang dioperasikan perseroan terdiri 292 kapal milik dan 347 kapal charter, dengan total kapasitas 3,24 juta TEUs. Maersk Line berharap permintaan pengiriman peti kemas global tumbuh sebesar 2-4% pada tahun 2017 ini. “Ada tanda-tanda menggembirakan, Namun situasi pasar masih sangat menantang.Tarif dan tingkat permintaan tetap rendah. Itulah sebabnya kami akan terus mengelola kemampuan yang ada pada kami,” ucap danet. (can/**)